I. Khutbah
Secara
terminologi khutbah adalah ceramah yang menggunakan ajaran agama. Khutbah
merupakan kegiatan dakwah yang paling efektif yang bertujuan untuk mengajak
orang lain untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan dengan memberi nasihat yang
isinya berupa ajaran agama.
Dalam
ajaran agama Islam ada beberapa macam jenis khutbah antara lain:
1. Khutbah Jum’at
2. Khutbah Idul Fitri
3. Khutbah Idul Adha
4. Khutbah Istisqa
5. Khutbah Pernikahan
A. KHOTIB
Khotib
adalah seorang Da’i yang melakukan khutbah sholat Jum’at. Khotib harus dari
seorang muslim yang memiliki pengetahuan Islam yang luas, khotib juga harus
memiliki mental yang kuat.
Ketentuan-ketentuan
untuk menjadi khotib:
1. Menguasai rukun, syarat dan
sunnah khutbah jum’at
2. Hafal Al-Qur’an dan Hadits
3. Berpakaian rapi dan sopan
4. Bahasanya mudah dipahami
5. Baligh
6. Ikhlas
7. Materinya siap
B. Syarat Khutbah Jum’at
Syarat
adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Sholat Jum’at.
Syarat-syarat
khutbah Jum’at:
1. Masuk Sholat Dhuhur
2. Berdiri di atas mimbar
3. Laki-laki
4. Duduk diantara dua khutbah
5. Suaranya keras
6. Harus berurutan
7. Suci dari hadas dan najis
8. Tertutup auratnya
C. RUKUN KHUTBAH
Rukun
khutbah adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh khotib ketika khutbah Jum’at.
Rukun khutbah harus dipenuhi, jika tidak maka tidak sah.
Rosululloh
SAW bersabda:
اَنَّهُ كَانَ
لاَيُطِيْلُ الْمَوْعِظَةِ يَوْمَ الْجُمْعَةِ اِنَّمَا هِيَ كَلِمَاتٌ
يُسِيْوَاتٌ
(روه ابو داود)
Artinya:
Tiada memanjangkan nasihatnya pada hari Jum’at beliau memberikan amanat-amanat
yang ringkas saja (HR. Abu Daud).
Rukun
Khutbah:
1. Pujian-pujian
2. Syahadatain
3. Sholawat Nabi SAW
4. Meningkatkan Iman dan Taqwa
5. Baca ayat Al-Qur’an
6. Do’a
D. SUNNAH KHUTBAH JUM’AT
Sunnah
khutbah adalah segala sesuatu yang dikerjakan akan mendapatkan kesempurnaan
dalam sholat Jum’at.
Sunnah
Khutbah Jum’at:
1. Diatas mimbar
2. Fasih, jelas mudah dipahami
3. Salam
4. Materi sederhana
5. Duduk sebentar waktu adzan
6. Puji-pujian, sholawat
7. Jama’ah diam
E. FUNGSI KHUTBAH JUM’AT
1. Meningkatkan Iman dan Taqwa
2. Terjalinnya Ukhuwa Islamiyah
dan Silaturrahmi
3. Sebagai media dalam
meningkatkan sesama
4. Meningkatkan persatuan dan
kesatuan
5. Memberikan tambahan
pengetahuan
6. Menjadi kontrol diri dan
sosial di masyarakat
7. Membentuk generasi Islam yang
berakhlak mulia
8. Mempertahankan ajaran Islam.
II. Dakwah dan Tabligh
Secara
umum pengertiannya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya sama
sebagai tindakan dalam menyampaikan ajaran Islam. Dalam berdakwah tidak boleh
takut dan siap menghadapi tantangan.
Firman
Allah SWT.
الَّذِيْنَ
يُبَلِّغُوْنَ رسلتِ اللهِ وَيَحْشَوْنَه وَلاَيَحْشَوْنَ اَحَدًا اِلاَّ الله،
وَكَفَى بِاللهِ حَسِيْبـاً.
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut
kepadaNya dan tidak merasa takut kepada siapapun selain kepada Allah. Dan
cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan. (QS. Al-Ahzab : 39).
Ø
Dakwah adalah
ajakan oleh umat muslim kepada orang lain agar mau mengikuti ajaran Islam.
Hal-hal yang diajarkan petunjuk kebaikan yang dapat mempengaruhi manusia agar
mau mengikuti ajakannya.
Ø
Tabligh adalah
menyampaikan ajaran Allah SWT kepada umat manusia dengan jumlah orang yang
besar yaitu seperti pengajian, kajian Islamiyah, tarbiyah dan sebagainya.
Istilah-istilah dalam berdakwah:
1. Tarbiyah yaitu menumbuhkan
dan mengembangkan potensi umat muslim.
2. Mauziah yaitu memberikan
pelajaran Islamiyah.
3. Tauziah yaitu wasiat atau
saran.
4. Tazkir yaitu meningkatkan
keluarganya agar menghindarkan diri dari api neraka.
5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar yaitu
menyerukan yang baik dan mencegah kemungkaran.
6. Tabsyir yaitu kabar gembira
bagi yang beriman.
7. Tanzir yaitu peringatan bagi
yang durhaka.
Sifat-sifat Dakwah
1. Jelas dan tegas
2. Luas
3. Humanisme
4. Luwes
5. Tadrij (berangsur-angsur)
6. Tidak memberatkan
7. Seirama
8. Istiqomah
Syarat-syarat dakwah ada 4:
1. Syarat akidah
2. Syarat ibadah
3. Syarat akhlak
4. Syarat ilmu
Tujuan Dakwah:
1. Menyeru umat manusia agar mengikuti
ajaran Allah dan menjauhi laranganNya.
2. Menambah ketaqwaan dan keimanan.
3. Mendidik
jum’at muslim ke jalan yang benar.
Berikut contoh khutbah yang bertema Mengingat Kematian :
Mengingat Kematian
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ
إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ
مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا،
وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي
النّارِ.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah.
Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada
hari yang berbahagia ini melainkan kata-kata syukur kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang telah mencurahkan kenikmatan- kepada kita sehingga kita
berkumpul dalam majelis ini. Kita realisasikan rasa syukur kita dengan
melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kemudian tidak lupa kami wasiatkan kepada diri kami
pribadi dan kepada jamaah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan
taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju
akhirat nanti.
Kehidupan seseorang di dunia ini dimulai dengan
dilahirkan-nya seseorang dari rahim ibunya. Kemudian setelah ia hidup beberapa
lama, iapun akan menemui sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari, kenyataan
sebuah kematian yang akan menjemputnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan
sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan.” (QS.
Ali-Imran: 185)
Ayat di atas adalah merupakan ayat yang agung yang
apabila dibaca mata menjadi berkaca-kaca. Apabila didengar oleh hati maka ia
menjadi gemetar. Dan apabila didengar oleh seseorang yang lalai maka akan
membuat ia ingat bahwa dirinya pasti akan menemui kematian.
Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu
perjalanan yang panjang. Suatu perjalanan yang banyak aral dan cobaan, yang
dalam menempuhnya kita memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak
sedikit. Yaitu suatu perjalanan yang menentukan apakah kita termasuk penduduk
surga atau neraka.
Perjalanan itu adalah kematian yang akan menjemput
kita, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat.
Karena keagungan perjalanan ini, Rasulullah telah bersabda:
لَوْتَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ
كَثِيْرًا.
“Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui,
niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Mutafaq ‘Alaih)
Maksudnya apabila kita tahu hakekat kematian dan
keadaan alam akhirat serta kejadian-kejadian di dalamnya niscaya kita akan
ingat bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan lain yang lebih abadi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
وَاْلأَخِرَةُ خَيْرٌوَأَبْقَى
“Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih
kekal.” (QS. Al-A’la: 17).
Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan
lebih memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya di sisi Allah.
Jamaah Jumat yang berbahagia.
Marilah kita siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk
menyempurnakan perjalanan itu, yaitu dengan melakukan ketaatan-ketaatan kepada
Allah Ta’ala. Dan marilah kita perbanyak taubat dari segala dosa-dosa
yang telah kita lakukan. Seorang penyair berkata:
Lakukanlah bagimu taubat yang penuh pengharapan.
Sebelum kematian dan sebelum dikuncinya lisan. Cepatlah bertaubat sebelum jiwa
ditutup. Taubat itu sempurna bagi pelaku kebajikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala’ berfirman, artinya,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada
Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (QS. At-Tahrim: 8)
Ingatlah wahai saudaraku.
Di kala kita merasakan pedihnya kematian maka
Rasulullah sebagai makhluk yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah bersabda,
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ.
“Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah,
sesungguhnya di dalam kematian terdapat rasa sakit.” (HR. Bukhari)
Ingatlah di kala nyawa kita dicabut oleh malaikat
maut. Nafas kita tersengal, mulut kita dikunci, anggota badan kita lemah, pintu
taubat telah tertutup bagi kita. Di sekitar kita terdengar tangisan dan rintihan
handai taulan yang kita tinggalkan. Pada saat itu tidak ada yang bisa
menghindarkan kita dari sakaratul maut. Tiada daya dan usaha yang bisa
menyelamatkan kita dari kematian.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ
مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (QS. Qaaf: 19)
Allah juga berfirman, artinya,
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di benteng yang kuat.” (QS.
An-Nisaa’: 78)
Jamaah Jumat yang berbahagia.
Cukuplah kematian sebagai nasehat, cukuplah kematian
menjadi-kan hati bersedih, cukuplah kematian menjadikan air mata berlinang.
Perpisahan dengan saudara tercinta. Penghalang segala kenikmatan dan pemutus
segala cita-cita.
Marilah kita tanyakan kepada diri kita sendiri, kapan
kita akan mati ? Di mana kita akan mati ?
Demi Allah, hanya Allah-lah yang mengetahui
jawabannya, oleh karenanya marilah kita selalu bertaubat kepada Allah dan
jangan kita menunda-nunda dengan kata nanti, nanti dan nanti.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ
بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلاَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ
وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا {17} وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ
يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي
تُبْتُ الْئَانَ… {18}
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat
bagi orang-orang yang mengerjakan kejelekan lantaran kejahilannya, yang
kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima oleh
Allah taubatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah
taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejelekan (yang)
hingga apabila datang kematian kepada seseorang di antara mereka, mereka
berkata: Sesungguhnya aku bertaubat sekarang…” (QS. An-Nisaa’: 17-18)
Sidang Jumat yang berbahagia.
Marilah kita tanyakan kepada diri kita. Apa yang
menjadikan diri kita terperdaya dengan kehidupan dunia, padahal kita tahu akan
meninggalkannya. Perlu kita ingat bahwa harta dan kekayaan dunia yang kita
miliki tidak akan bisa kita bawa untuk menemui Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hanya amal shalihlah yang akan kita bawa nanti di kala kita menemui Allah.
Maka marilah kita tingkatkan amalan shaleh kita
sebagai bekal nanti menuju akhirat yang abadi.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا
وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ تَسْلِمًا. أما بعد:
Marilah kita mencoba merenungi sisa-sisa umur kita,
muhasabah pada diri kita masing-masing. Tentang masa muda kita, untuk apa kita
pergunakan. Apakah untuk melaksanakan taat kepada Allah ataukah hanya
bermain-main saja ? kita, dari mana kita peroleh, halalkah ia atau haram ? Dan
untuk apa kita belanjakan, apakah untuk bersedekah ataukah hanya untuk
berfoya-foya? Dan terus kita muhasabah terhadap diri kita dari hari-hari yang
telah kita lalui.
Perlu kita ingat, umur kita semakin berkurang.
Kematian pasti akan menjemput kita. Dosa terus bertambah. Lakukanlah taubat
sebelum ajal menjemput kita. Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali lagi.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخَوَانِنَا الَّذِيْنَ
سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ
آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا
وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نًافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ وَآَخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ..
Demikian khutbah ini saya sampaikan
semoga bermaanfat utk kita semua
Wassalamu’alaikum wr.wb
0 comments:
Post a Comment